Saturday, April 20, 2024
HomeAkhlak dan NasihatPentingnya Menjaga Keikhlasan Niat Karena Allah

Pentingnya Menjaga Keikhlasan Niat Karena Allah

Niat merupakan perkara paling penting yang perlu diperhatikan ketika seseorang akan melakukan suatu amalan. Karena niat adalah poros dari segala amal, nilai baik buruknya suatu amal perbuatan seseorang di mata Allah tergantung pada niatnya. Niat seharusnya hanya ditujukan ikhlas semata-mata karena Allah, baik dalam perkataan, perbuatan, dan dalam setiap keadaan.

Dari Amirul Mukminin, ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Sesungguhnya semua perbuatan tergantung pada niatnya. Dan balasan bagi tiap-tiap orang itu tergantung apa yang diniatkan. Siapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena niat untuk mencari dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1).

Sabda Nabi “Semua perbuatan tergantung niatnya” menjadi penegasan bahwa setiap perbuatan pasti dilandasi suatu motif atau niat. Namun perlu diketahui bahwa niat tiap-tiap orang itu bervariasi, ada sebagian orang yang niatnya betul-betul dalam tingkat keikhlasan tertinggi, tapi ada juga sebagian yang niatnya rusak sampai pada titik paling rendah dan hina.

Sebagai gambaran, suatu perbuatan yang dilakukan oleh dua orang bisa jadi tampak sama secara lahiriah dari awal sampai akhir, mulai dari ucapannya, gerakannya, hingga tata caranya. Tapi sesungguhnya di antara amal perbuatan keduanya ada perbedaan yang sangat jauh di mata Allah, sama seperti perbedaan antara langit dan bumi. Yang demikian itu terjadi disebabkan niat dari masing-masing keduanya. Bisa jadi orang pertama berniat ikhlas karena Allah, sementara orang kedua niatnya tidak murni untuk Allah.

Baca juga:  Taubatmu Membuat Allah Gembira

Niat adalah asas dalam setiap amal perbuatan, maka niat yang berbeda-beda akan membuahkan hasil yang berbeda-beda pula. Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “…dan balasan bagi tiap-tiap orang itu tergantung apa yang diniatkan…”. Jika seseorang berniat karena Allah dan untuk tujuan akhirat dalam setiap amal perbuatannya, maka ia akan memperoleh pahala kebaikan dari Allah. Sebaliknya, jika motivasi seseorang melakukan suatu amal perbuatan itu demi tujuan duniawi, maka apa yang akan ia dapatkan hanya sebatas tujuan dunia yang ia harapkan, tetapi tidak mendapatkan pahala kebaikan dari Allah.

Dalam hadis di atas, Rasulullah membawakan contoh tentang seseorang yang melakukan aktifitas hijrah,

“…Barangsiapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.”

Satu aktifitas yang sama, namun membuahkan hasil yang berbeda disebabkan niat yang berbeda pula.

Niat untuk Dunia vs Niat karena Allah, Bagaimana Kata al-Qur’an?

Dalam al-Qur’an, Allah telah mensinyalir tentang perbedaan hasil yang akan diperoleh antara orang yang segala aktifitasnya hanya demi meraih kenikmatan dunia dengan orang yang setiap aktifitasnya dilandasi niat ikhlas karena Allah semata. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki, dan Kami tentukan baginya (di akhirat) neraka jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (QS. Al-Isra’ [17]: 18)

Berdasarkan ayat tersebut, maka ada tiga kemungkinan yang diterima oleh orang yang motivasi utama amal perbuatannya hanya untuk dunia: Pertama, meraih keuntungan dunia sesuai yang ia harapkan; Kedua, meraih sebagian dari apa yang ia inginkan; Ketiga, tidak mendapatkan apa-apa. Semua itu kembali kepada kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, karena Allah menyatakan “Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki”.

Sementara orang yang melandasi segala amal perbuatannya karena Allah, maka usahanya akan diberi balasan yang baik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Baca juga:  Bagaimana Allah Menilai Niat Baik dan Buruk?

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah orang beriman, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS. Al-Isra’ [17]: 19)

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga keikhlasan niat semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap amal yang kita kerjakan. Jangan sampai amal perbuatan kita bernilai sia-sia karena niat yang tidak lurus.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular