Para ulama merupakan tokoh yang sangat dihormati dalam Islam karena pengetahuan, kebijaksanaan, dan dedikasi mereka dalam menyebarkan ajaran agama. Kata-kata bijak yang diucapkan oleh para ulama seringkali menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kumpulan kata bijak para ulama yang sarat makna dan kearifan, serta bagaimana kata-kata tersebut dapat menginspirasi dan memberikan panduan bagi umat Islam.
Para ulama Islam memiliki warisan kata-kata bijak yang telah teruji dan terbukti kebenarannya sepanjang sejarah. Kata-kata bijak ini mengandung hikmah dan kearifan yang dapat membimbing umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dari nasihat tentang kehidupan, iman, akhlak, hingga hubungan sosial, kumpulan kata bijak para ulama menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai.
Kata bijak para ulama tidak hanya bermanfaat bagi umat Islam secara spiritual, tetapi juga memiliki nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan merenungi dan mengamalkan kata-kata bijak tersebut, umat Islam dapat memperoleh petunjuk dan panduan dalam mengambil keputusan yang tepat, menjalani kehidupan yang bermakna, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Seiring dengan perkembangan zaman, warisan kata bijak para ulama terus relevan dan dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern. Meskipun zaman telah berubah, prinsip-prinsip yang terkandung dalam kata-kata bijak para ulama tetap memiliki nilai yang tinggi dan dapat menjadi penuntun bagi umat Islam dalam menghadapi dinamika kehidupan masa kini.
Kata-kata bijak para ulama juga seringkali menjadi sumber inspirasi bagi para pemimpin, cendekiawan, dan tokoh masyarakat dalam berbagai bidang. Kebijaksanaan yang terpancar dari kata-kata para ulama mempunyai daya tarik yang universal dan mampu menginspirasi siapapun yang membacanya, tanpa memandang latar belakang atau status sosial.
Kumpulan Kata Bijak Para Ulama Terdahulu Penuh Nasehat dan Motivasi Islami
Dengan memahami dan mengamalkan kumpulan kata bijak para ulama, umat Islam dapat mengembangkan spiritualitas mereka, memperbaiki karakter dan akhlak, serta memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus merenungkan dan mengambil hikmah dari kata-kata bijak para ulama sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan pembelajaran kita sebagai umat Islam.
Teka-teki sebuah ujian
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Seseorang yang memiliki iman pasti akan dibebankan sebuah ujian yang terasa begitu berat baginya. Semua itu terjadi untuk menguji kadar keimanannya.” – (Tafsir Ibnu Rajab, 2/212)
Definisi ikhlas
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Ikhlas adalah engkau tidak ingin ada yang menyaksikan amalanmu selain Allah dan tidak ingin ada yang membalas amalanmu selain-Nya.” – (Madarijus Salikin, 2/29)
Di antara amalan yang paling utama
Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu’anhu, ia berkata,
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, (amalan) Islam apakah yang paling baik? Nabi menjawab : “Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali maupun yang tidak engkau kenali.” – (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadilah anda bersama Allah
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Bila manusia merasa cukup dengan dunia, maka hendaknya anda merasa cukup dengan Allah. Bila manusia bergembira dengan dunia, maka berbahagialah anda dengan Allah. Bila manusia merasa tenang bersama orang-orang yang mereka cintai, maka jadikanlah ketenangan anda dengan Allah. Bila mereka mengenalkan dan mendekatkan diri mereka kepada raja-raja mereka dan pemimpin-pemimpin mereka untuk mendapatkan kemuliaan dan kedudukan di sisi mereka, maka kenalkanlah diri anda kepada Allah, berusahalah meraih cinta-Nya agar dengan itu anda mendapatkan puncak kemuliaan dan ketinggian.” – (Mukhtashar al-Fawaid hlm. 82)
Sabar di atas sunnah
Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata, “Muslim yang paling utama adalah seseorang yang menghidupkan sunnah Nabi yang telah mati. Oleh sebab itu, bersabarlah wahai para pengikut sunnah Nabi, sebab kalian adalah golongan minoritas.” – (Al-Jami’ Li Akhlaq Ar-Rawi wa Adab As-Sami’, 1/112)
Pengaruh dosa sangatlah besar
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata,
لاتغترَّ إذَا لمْ ترَ أثرَ ذنبِكَ فِي حينِه فقدْ تجدْ أثرَهُ بعدَ أربعينَ سنةِِ
“Jangan tertipu apabila engkau belum melihat pengaruh dosamu setelah kamu memperbuatnya. Adakalanya engkau akan mendapati pengaruh dosa tersebut setelah empat puluh tahun mendatang.” – (Ad-Da wa ad-dawaa, hlm. 130)
Kunci masuk surga
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Siapa yang bersih dari syahwat yang diharamkan dan dari syahwat ahli bid’ah, dia pasti masuk surga.” – (Al-Istiqamah, hlm. 322)
Cinta terhadap dunia
Malik bin Dinar rahimahullah berkata,
إن البدن إذا سقم لا ينجع فيه طعام ولا شراب، وكذلك القلب إذا علق حب الدنيا لم ينجع فيه المواعظ
” Sesungguhnya apabila badan sakit maka, makanan dan minuman tidaklah enak baginya. Demikian pula hati apabila ia condong terhadap CINTA DUNIA, maka nasihat-nasihat tidaklah berguna lagi baginya.” – (Shifatus Shafwah, 2/172)
Akibat buruk bagi seorang pendusta
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata, “Orang yang jujur, lawan dan kawan akan tenang terhadap ucapannya. Adapun seorang pendusta tidak akan dipercaya oleh sahabat dan orang dekat sekalipun.” – (Ar-Riyadh An-Nadhirah, hlm. 36)
Dunia Tempat Beramal
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata,
الدنيا دار عمَل والآخرة دار جزاء فمن لم يعمل هُنا نَدِم هناك
“Dunia adalah negeri tempat beramal, dan akhirat adalah negeri pembalasan. Maka barang siapa yang tidak beramal di dunia, pasti akan menyesal di akhirat.” – (az-Zuhd, karya al-Baihaqi, hlm. 282)
Akibat Tidak Sibuk dengan Aib Sendiri
Al Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata,
والعاقل لا يخفى عليه عيب نفسه لأن من خفي عليه عيب نفسه خفيت عليه محاسن غيره وإن من أشد العقوبة للمرء أن يخفى عليه عيبه
“Seorang yang berakal tidaklah samar baginya aib dirinya sendiri karena barangsiapa yang menjadi samar padanya aib dirinya, niscaya akan menjadi samar padanya kebaikan-kebaikan orang lain. Sesungguhnya termasuk dari hukuman terbesar bagi seseorang adalah menjadi samar baginya aibnya sendiri.” – (Raudhatul Uqala, 1/22)
Berilah Kesempatan untuk Berdamai
Abu Hatim rahimahullah berkata,
والمعاداة بعد الخلة فاحشة عظيمة لا تليق بالعاقل ارتكابها فإن دفعه الوقت إلى ركوبها ترك للصلح موضعا
“Permusuhan setelah persahabatan adalah kejelekan yang sangat besar, tidak pantas seorang yang bijak melakukannya. Seandainya waktu memaksanya untuk melakukannya, maka hendaknya dia tetap memberikan kesempatan untuk berdamai.” – (Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala, hlm. 96)
Hakikat Faqih dan Bodoh
Mujahid ibn Jabr rahimahullah berkata,
الفقيه من خاف الله وإن قل علمه، والجاهل من عصى الله وإن كثر علمه
“Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah walaupun ilmunya sedikit, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang bermaksiat kepada Allah walaupun banyak ilmunya.” – (al-Bidayah wan-Nihayah, 9/255)
Keutamaan menyebarkan ilmu
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata,
نشر العلم وإظهاره وبيانه من أسباب المغفرة
“Menyebarkan ilmu agama, menampakkan ilmu dan menjelaskannya merupakan sebab mendapatkan ampunan.” – (Tafsir Surat Al Baqarah, 2/269)
Akhir dari amalan
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Amalan tidaklah berakhir dengan berakhirnya musimnya namun amalan itu berakhir dengan berakhirnya ajal.” – (Liqo’ul Babul Maftuh hlm. 51)
Jangan meremehkan sebuah dosa
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata,
“Apabila engkau menganggap kecil suatu dosa, maka ia pun akan menjadi besar di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Dan apabila engkau menganggap besar suatu dosa, maka ia pun akan kecil di sisi Allah Yang Maha Besar.” – (Siyar A’lamin Nubala’, 7/396)
Tujuan mencari ilmu
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Siapa yang mencari ilmu karena ( mengharapkan akhirat) mencari akhirat maka dia akan memperolehnya dan siapa yang mencari ilmu karena dunia maka itulah bagian yang akan dia dapatkan.” – (Kitab Awaiq Ath Thallab, hlm. 8)
Allah akan memberikan ganti yang lebih baik
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, “Tidaklah aku meninggalkan sesuatupun dari dunia, kecuali Allah Azza wa Jalla memberikan ganti untukku di dalam hatiku dengan sesuatu yang lebih utama dibandingkan apa yang aku tinggalkan tersebut.” – (Al-Wara’, karya Ibnu Abid Dunya, hlm. 55)
Jaga selalu hatimu
Al-Imam Muqbil Al-Wadi’iy rahimahullah Berkata, “Demi Allah Jika tubuh-tubuh kami sakit, maka itu lebih kami cintai dari pada hati-hati kami yang mati.” – (Al Makhraj Minal Fitan, hlm. 136)
Dunia itu kegelapan
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
الدنيا كلها ظلمة إلا مجالس العلماء
“Dunia itu seluruhnya adalah kegelapan, kecuali majelis-majelis para ulama (majelis ilmu).” – (Ibnu Abdil Barr di dalam kitab Jami’-nya : 1/114)
Sedikit bicara melembutkan hati
Sufyan al-Tsaury rahimahullah berkata, “Hendaknya engkau sedikit bicara agar hatimu lembut, dan banyaklah diam agar engkau memiliki sifat wara’, dan jangan sekali-kali rakus terhadap dunia.” – (Al-Hilyah, 8/82)
Pentingnya akhlak
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Agama itu seluruhnya adalah akhlak. Barangsiapa yang semakin mulia akhlaknya, maka akan semakin bagus agamanya.” – (Madarijus Salikin, 2/294)
Tulisan yang menjadi pahala jariyah
“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanya lah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” – Ali bin Abi thalib
Orang paling lelah di dunia
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Engkau tidak akan menjumpai manusia yang paling lelah daripada orang yang dunia menjadi keinginan terbesarnya, dan dia berambisi dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan dunia.” – (Ighatsatul Lahfan, 1/36)
Tanda Allah Menghendaki Kebaikan Seorang Hamba
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَرَادَ بِعَبْدٍ خَيْرًا، سَلَبَ رُؤْيَةَ أَعْمَالِهِ الْحَسَنَةِ مِنْ قَلْبِهِ وَالْإِخْبَارَ بِهَا مِنْ لِسَانِهِ، وَشَغْلِهُ بِرُؤْيَةِ ذَنْبِهِ.
“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, Dia akan melenyapkan dari hatinya pandangan (kekaguman) terhadap amal-amalnya yang baik. Allah juga akan menghalanginya untuk menceritakan amal-amal tersebut kepada orang lain dengan lisannya. Allah juga akan menjadikannya sibuk memikirkan dosanya.” – (Thariqul Hijratain, 1/172)
Tanda Bermanfaatnya Ilmu Bagi Pemiliknya
Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata,
مِنْ عَلَامَاتِ الْعِلْمِ النَّافِعِ؛ أَنَّهُ يَدُلُّ صَاحِبُهُ عَلَى الْهَرَبِ مِنْ الدُّنْيَا، وَأَعْظَمُهَا الرِّيَاسَةُ وَالشُّهْرَةُ وَالْمَدْحُ.وَإِنَّ صَاحِبَ الْعِلْمِ النَّافِعِ لَا يَدَّعِي الْعِلْمَ وَلَا يَفْخَرُ بِهِ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يُنْسَبُ غَيْرُهُ إِلَى الْجَهْلِ إِلَّا مَنْ خَالَفَ السُّنَّةَ وَأَهْلَهَا
“Di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari meninggalkan dunia. Adapun (bahaya) terbesar dari perkara dunia adalah kepemimpinan, ketenaran, dan pujian. Sungguh, orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat tidak akan mengaku-aku memiliki ilmu, tidak membanggakannya kepada siapapun, dan tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang yang menyelisihi sunnah (ajaran) Nabi dan menentang orang-orang yang berpegang teguh dengannya.” – (Majmu Rasail al-Hafidz ibn Rajab, 3/13)
Pangkal Semua Permusuhan dan Saling Membenci
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
إِنَّ الْفَوَاحِشَ وَالظُّلْمَ وَغَيْرَ ذَلِكَ مِنَ الذُّنُوبِ تَوقُّعُ الْعَدَاوَةِ وَالْبَغْضَاءِ وَأَنَّ كُلَّ عَدَاوَةٍ أَوْ بِغَضَاءٍ فَأَصْلُهَا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ
“Sesungguhnya perbuatan keji, kezaliman, dan dosa-dosa yang lainnya akan menimbulkan permusuhan dan kebencian. Demikian pula sungguh, semua permusuhan atau kebencian sumbernya adalah bermaksiat kepada Allah.” – (Majmu al-Fatawa, 16/346)
Dunia Tempat Menanam
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menukilkan nasehat dari sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
إِنَّكُمْ فِي مَمَرِّ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ؛ فِي آجَالٍ مَنْقُوصٍ وَ أَعْمَالٍ مَحْفُوظَةٍ وَ الْمَوْتُ يَأْتِي بَغْتَةً؛ فَمَنْ زَرَعَ خَيْرًا فَيُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ رَغْبَةً وَ مَنْ زَرَعَ شَرًّا فَيُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ نَدَامَةً وَ لِكُلِّ زَارِعٍ مِثْلُ مَا زَرَعَ
“Sungguh kalian berada dalam perjalanan (perputaran) malam dan siang; umur yang semakin berkurang, amalan yang selalu tercatat, dan kematian yang akan datang secara tiba-tiba. Siapa yang menabur benih kebaikan, dia akan memanen kebahagiaan. Siapa yang menanam kejelekan, dia akan menuai penyesalan. Setiap yang menanam akan mendapatkan semisal yang dia tanam.” – (Al-Fawaid, hlm. 212)
Kunci-Kunci Kenyamanan
Tsabit bin Qurrah rahimahullah berkata,
رَاحَةُ الْجِسْمِ فِي قِلَّةِ الطَّعَامِ، وَرَاحَةُ الرُّوحِ فِي قِلَّةِ الْآثَامِ، وَرَاحَةِ اللِّسَانِ فِي قِلَّةِ الْكَلَامِ.
“Kenyamanan badan (didapatkan) dengan sedikit makan. Kenyamanan jiwa (didapatkan) dengan sedikit dosa. Kenyamanan lisan (didapatkan) dengan sedikit bicara.” – (Zaadul Ma’ad, 4/186)
Shalat
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Shalat adalah penolong terbesar dalam meraih kebaikan dunia dan akhirat, serta penolong terbesar dalam menolak kerusakan dunia dan akhirat.” – (Zaadul Ma’ad, 4/209)
Ragam manusia ketika mendapat gangguan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
النَّاسُ عِنْدَ مُقَابَلَةِ الْأَذَى ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ : ظَالِمٌ يَأْخُذُ فَوْقَ حَقّهِ، وَمُقْتَصِدٌ يَأْخُذُ بِقَدْرِ حَقِّهِ، وَمُحْسِنٌ يَعْفُو وَيَتْرُكُ حَقَّهُ
Ada tiga jenis manusia dalam menghadapi gangguan: 1) orang zalim, yang mengambil kembali haknya melebihi kadar yang seharusnya; 2) orang yang pertengahan, yang mengambil kembali haknya sesuai kadarnya; 3) orang yang berbuat baik, yang memilih untuk memaafkan dan tidak mengambil kembali haknya.” – (Jami’ul Masa’il, 1/169)
Renungan bagi yang kepalanya telah memutih
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
من نزل به الشيب فهو بمنزلة الحامل التي تمت شهور حملها فما تنتظر إلا الولادة. كذلك صاحب الشيب لا ينتظر إلا الموت فقبيح منه الإصرار على الذنب
“Siapa yang telah beruban, maka dia seperti kedudukan seorang wanita yang sedang hamil, yang telah sempurna bulan kehamilannya (yakni 9 bulan). Maka tidak ada lagi yang dia tunggu kecuali hanyalah persalinan. Demikian pula orang yang telah beruban. Tidak ada lagi yang dia tunggu kecuali hanyalah kematian. Maka alangkah buruknya bila dia terus menerus melakukan dosa.” – (Lathaiful Ma’arif, 1/346)
Bahaya manusia bermuka dua
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
مَن نمّ لك نَمّ بك، ومَن نقل إليك نقل عنك. ومَن إذا أرضيته قال فيك ما ليس فيك، وإذا أغضبته قال فيك ما ليس فيك
“Barang siapa yang mengadu domba orang lain padamu maka dia akan mengadu domba dirimu kepada orang lain. Barang siapa yang memberitakan aib orang kepadamu maka dia akan memberitakan aibmu kepada orang lain. Barangsiapa yang jika engkau membuatnya senang maka dia akan menyanjungmu dengan sesuatu yang tidak ada padamu, maka jika engkau membuatnya marah dia akan menjelekkanmu dengan sesuatu yang tidak ada padamu.” – (Manaqib asy-Syafi’i, 2/197)
Riya’ dan Syirik
Syaikh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
ﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﻟِﺄَﺟْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺭِﻳَﺎﺀٌ، ﻭَﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﻟِﺄَﺟْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺷِﺮْﻙٌ
” Meninggalkan amalan karena manusia adalah riyaa’, dan beramal karena manusia adalah kesyirikan.” – (Majmu’ Fatawa libni Taimiyah, 23/174)
Kata Bijak Para Ulama Penuh Nasehat Berharga
Kemunafikan perkara yang samar
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
فإن النفاق هو الداء العضال الباطن الذي يكون الرجل ممتلئا منه وهو لا يشعر، فإنه أمر خفي على الناس، و كثيرا ما يخفى على من تلبس به، فيزعم أنه مصلح وهو مفسد
“Sesungguhnya kemunafikan adalah penyakit kronis yang tidak terlihat, dimana ia menjangkiti seseorang dalam keadaan dia tidak merasa. Karena sesungguhnya kemunafikan adalah perkara yang samar atas manusia. Dan kebanyakan ia tersembunyi bagi orang yang terjangkiti dengannya. Maka dia merasa sedang memperbaiki padahal sebenarnya dia sedang merusak.” – (Sifatul Munafiqin, hlm. 5)
Membiasakan menganggap diri penuh kekurangan akan mencegah sifat ujub
Ibnu Abi Zaid al-Qairawany rahimahullah berkata,
عوّدْ نفسك أن تظن بها التقصير عن فهم الراسخين من السلف المتقدمين؛ فإن ذلك يثنيك عن الإعجاب بنفسك والتقصير بسلفك
“Biasakan untuk menganggap dirimu jauh di bawah pemahaman orang-orang yang kokoh ilmunya dari kalangan para ulama salaf terdahulu, karena sesungguhnya hal itu akan mencegahmu dari perasaan ujub terhadap dirimu sendiri dan dari sikap merendahkan para pendahulumu!” – (adz-Dzabbu an Madzhabi Malik, 2/507)
Manfaat nasihat bagi hati
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
المواعظ سياط تضرب القلوب فتؤثر في القلوب كتأثير السياط في البدن
“Nasihat-nasihat adalah cemeti yang mencambuk hati. Ia memberi bekas pada hati seperti bekas cambukan pada badan.” – (Lathaiful Ma’arif, hlm. 16)
Tabiat manusia
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
والإنسان مجبور على حب نفسه فهو لا يرى إلا محاسنها، ومبغض لخصمه فهو لا يرى إلا مساويه
“Manusia, tabiat dasarnya adalah mencintai dirinya. Karena itu, dia tidak melihat kecuali kebaikan-kebaikan dirinya. Tabiat manusia juga membenci orang yang memusuhinya. Karena itu, dia tidak melihat kecuali keburukan-keburukannya.” – (Ighatsatul Lahafan, 2/181)
Mencintai kalamullah
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
محبة كلام الله فإنه من علامة محبة الله. فإذا أردت أن تعلم ما عندك و عند غيرك من محبة الله فانظر إلى محبة القرآن من قلبك. فإنه من المعلوم أن من أحب محبوبا كان كلامه و حديثه أحب شيئ إليه
“Mencintai kalamullah merupakan salah satu tanda cinta kepada Allah. Jika engkau ingin mengetahui seberapa besar cintamu atau selainmu kepada Allah, lihatlah seberapa cintamu terhadap al-Quran dalam hatimu. Karena kita ketahui bersama, bahwa siapa yang mencintai seseorang maka kalam dan pembicaraannya menjadi sesuatu yang paling dicintai olehnya.” – (ad-Daa’u wad Dawaa’u, hlm. 549)
Buah mengutamakan akhirat
Abu Bakr ath-Thurthusyi rahimahullah berkata,
إذا عرض لك أمر الدنيا وأمر الآخرة، فبادر بأمر الآخرة، يحصل لك أمر الدنيا والآخرة
“Jika dihadapkan kepadamu urusan dunia dan urusan akhirat, bersegeralah mendahulukan urusan akhirat, niscaya engkau akan mendapatkan dunia dan akhirat.” – (Siyar A’lamin Nubala’, 19/491)
Kebatilan mudah diterima karena dikemas dengan ungkapan indah
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
إذا تأملت مقالات أهل الباطل رأيتهم قد كسوها من العبارات المستحسنة ما يسرع إلى قبوله كل من ليس له بصيرة نافذة
“Jika engkau perhatikan ucapan-ucapan para pengusung kebatilan, engkau akan melihat mereka mengemasnya dengan ungkapan-ungkapan yang dianggap baik sehingga cepat diterima oleh semua orang yang tidak memiliki mata hati yang tajam.” – (Mukhtashar ash-Shawaiq al-Mursalah, 1/168)
Bukti cinta kepada Allah
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
فإن محبة الله لا تتم إلا بطاعته، ولا سبيل إلى طاعته إلا بمتابعة رسوله
“Maka sesungguhnya cinta (kepada) Allah tidak akan sempurna kecuali dengan menaati-Nya, dan tidak ada jalan untuk menaati-Nya kecuali dengan meneladani Rasul-Nya.” – (Fathul Baari, 1/48)
Cinta kedudukan lebih berat dibandingkan cinta dunia
Sufyan ats-Tsaury rahimahullah berkata,
احذر المنزلة وحبّها؛ فإنّ الزهد فيها أشد من الزهد في الدنيا
“Waspadalah terhadap kedudukan dan kecintaan kepadanya, karena sesungguhnya zuhud (meninggalkan) kedudukan lebih berat dibandingkan zuhud terhadap dunia.” – (al-Jarh wat Ta’dil, 1/87)
Ulama dan penyakit harta
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Harta adalah penyakit umat ini, dan ulama adalah tabib umat ini. Lalu jika sang tabib membawa penyakit bagi dirinya sendiri, bagaimana ia akan menyembuhkan umat?” – (Siyar A’lam an-Nubala’, 7/243)
Hanya orang lalai yang merasa tidak pernah salah
Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah berkata,
الذي يعجب بنفسه ويظن أنه لا يخطئ فهو مغفل، الخطأ يحدث من الكل
“Orang yang merasa kagum terhadap dirinya sendiri (ujub) dan menyangka bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia adalah orang yang lalai, kesalahan bisa muncul dari semua orang.” – (as-Sima’ al-Mubasyir, hlm. 50)
Hakikat Jihad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
الجهاد حقيقة الاجتهاد في حصول ما يحبه الله من الإيمان والعمل الصالح ومن دفع ما يبغضه الله من الكفر والفسوق والعصيان
“Hakikat jihad adalah kesungguhan dalam menggapai segala perkara yang Allah cintai, baik berupa keimanan maupun amalan saleh, dan kesungguhan mencegah segala perkara yang Allah murkai, baik berupa kekufuran, kefasikan, maupun kemaksiatan.” – (Al-‘Ubudiyah, hlm. 94)
Itulah beberapa kata bijak para ulama terdahulu yang penuh nasehat dan motivasi. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi nasehat bagi setiap langkah kehidupan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.