Sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, tentunya kita memahami bahwa hidup ini bukan tanpa tujuan. Tanpa adanya tujuan maka hidup manusia tak ubahnya seperti binatang. Lalu apa sebenarnya tujuan hidup kita? Allah subhanahu wa ta’ala telah menyampaikan jawabannya pada ayat berikut,
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” [QS Adh-Dzariyat: 56]
Ayat ini menjadi peringatan bagi kita bahwa tujuan hidup manusia hanya satu, yaitu untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ibadah di sini bisa dimaknai secara luas sebagai segala bentuk kebaikan yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Kehidupan dunia ini harus dijadikan sebagai ladang untuk menyemai sebanyak-banyaknya benih kebaikan. Ada begitu banyak amal kebaikan yang bisa dilakukan selagi kita masih diberikan hidup, kesehatan dan kesempatan.
Jangan sampai aktifitas harian kita mulai bangun tidur, berkegiatan hingga tidur kembali berjalan tanpa tujuan dan tunamakna. Waktu habis digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan semakin menumpuk dosa dan maksiat. Orang seperti ini sejatinya adalah orang yang menganggur.
Muawiyah bin Qurrah rahimahullah berkata,
إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ حِسَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّحِيحُ الْفَارِغُ
“Manusia yang paling banyak hisabnya pada hari kiamat nanti adalah orang sehat yang banyak menganggur (tidak menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat di dunia atau di akhirat).” (Iqtidhaul ‘ilmil ‘amal, hal. 103)
Oleh karena itu, jadikan setiap detik dalam hidup kita bernilai dan penuh dengan amalan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Itulah bentuk syukur yang sesungguhnya atas karunia Allah berupa nikmat sehat dan sempat yang bisa bisa kita rasakan hingga saat ini. Semoga dengan begitu, Allah mudahkan hisab kita di yaumul qiyamah nanti. Aamiin.