Doa ini merupakan bagian dari tuntunan doa bangun tidur. Selain doa bangun tidur yang sudah pernah kita bahas pada serial doa sebelumnya, doa ini juga merupakan doa yang dituntunkan untuk dibaca saat bangun tidur.
Lafal doa bangun tidur
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي فِي جَسَدِي وَرَدَّ عَلَيَّ رُوحِي وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِهِ
Hadis doa bangun tidur
١- [عن أبي هريرة:] إذا قام أحدُكم عنْ فراشِهِ ثُمَّ رجع إليه فلينفُضْهُ بصنِفَةِ إزارِهِ ثلاثَ مرّاتٍ فإِنَّهُ لا يَدْري ما خلَفَهُ عليْهِ بعدُ فإذا اضطجع فلْيَقُلْ باسمِكَ ربي وضعْتُ جنبي وبكَ أرْفَعُهُ فإِنْ أمسَكْتَ نفسي فارحمْها وإِنْ أرسلْتَها فاحفظْها بِما تحفَظُ بِهِ عبادَكَ الصالِحينَ فإذا استيقظَ فلْيَقُلِ الحمدُ للهِ الذي عافانِي في جسَدِي ورَدَّ علَيَّ روحي وأذِنَ لِي بذِكْرِهِ
dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tempat tidurnya kemudian kembali kepadanya maka hendaknya ia mengibaskannya dengan ujung kainnya tiga kali karena sesungguhnya ia tidak mengetahui apa yang ia tinggalkan setelah ia bangun. Dan apabila ia berbaring maka hendaknya mengucapkan; BISMIKA RABBII WADHA’TU JANBII WA BIKA ARFA’UHU, FAIN AMSAKTA NAFSII FARHAMHAA, WA IN ARSALTAHAA FAHFAZHHAA BIMAA TAHFAZHU BIHI ‘IBAADAKA ASH SHAALIHIIN. (Dengan menyebut nama-Mu wahai Tuhanku, aku letakkan sisi badanku, dan dengan menyebut nama-Mu aku mengangkatnya. Apabila Engkau menahan nyawaku maka kasihilah dia, dan apabila engkau melepaskannya maka jagalah dia sebagaimana Engkau menjaga para hamba-Mu yang shalih!). Kemudian apabila ia bangun maka hendaknya mengucapkan; AL HAMDULILLAAHILLADZII ‘AAFAANII FII JASADII WA RADDA ‘ALAYYA RUUHII WA ADZINA LII BIDZIKRIHI. (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada tubuhku, dan mengembalikan nyawaku, serta mengizinkanku untuk berzikir kepada-Nya). [HR. Tirmidzi 3401]
Pelajaran dari hadis:
1. Hendaknya seorang muslim mengawali harinya dengan memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menetapkan penghambaan hanya kepada-Nya. Dan ini merupakan tanda taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya.
2. Sebaik-baik kondisi terjaganya seorang hamba ialah ketika ia mampu memanfaatkan nikmat sehat jasad dalam aktifitas-aktifitas yang bermanfaat untuk bekal kehidupan akhiratnya.
Referensi:
- Ithaf al-Muslim bi-syarh Hisn al-Muslim min Adhkar al-Kitab wa al-Sunnah Karya Sa‘id ibn ‘Ali ibn Wahf al-Qahthani