Allah begitu gembira ketika melihat ada hamba-Nya yang bertaubat. Kegembiraan itu bahkan digambarkan melebihi gembiranya seorang musafir yang putus asa setelah kehilangan tunggangannya di tengah gurun, lalu musafir itu tiba-tiba menemukan kembali tunggangannya di saat sudah putus asa dan hampir kehilangan harapan.
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ
“Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309)
Juga dalam riwayat Muslim disebutkan,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
“Sungguh kegembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata; ‘Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.’ Dia telah salah berdo’a karena terlalu senang.” (HR. Muslim no. 2747).
Anas bin Malik radliallahu ‘anhu adalah sahabat sekaligus pembantu pribadi Rasulullah. Ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, Ibunda Anas bin Malik membawanya kepada Rasulullah dan menawarkannya untuk melayani beliau. Rasulullah kemudian dengan senang hati menerima sosok Anas bin Malik sebagai salah satu pembantu beliau.
Dalam hadis di atas, Anas bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah menyampaikan tentang betapa gembiranya Allah melihat hamba-Nya yang bertaubat, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali tunggangannya yang hilang.
Orang dalam hadis tersebut digambarkan oleh Rasulullah sebagai seorang musafir yang kehilangan unta yang menjadi tunggangannya selama perjalanan. Akhirnya, ia pun terjebak di tengah gurun, tanpa perbekalan makan dan minum, serta tidak ada satu orang pun di sekelilingnya yang bisa dimintai pertolongan. Dengan penuh keputusasaan, ia kemudian berteduh di bawah pohon sambil menunggu ajal menjemputnya, karena seluruh perbekalan yang ia miliki sudah hilang bersama dengan untanya.
Dalam kondisi sudah hampir kehilangan harapan seperti itu, tiba-tiba untanya yang hilang tadi muncul tepat di samping pohon tempat ia berteduh. Dengan perasaan gembira, ia kemudian segera mengikatkan untanya ke pohon.
Bayangkan betapa bahagianya orang ini, ia menemukan kembali harapan hidup setelah hampir mati kelaparan dan kehausan di tengah gurun. Ini adalah puncak kebahagiaan seseorang yang sulit dibandingkan dengan kebahagiaan lain. Saking gembiranya, ia bahkan sampai salah mengekspresikan kebahagiaan dengan ucapan,
اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ
“Ya Allah.. Engkaulah hambaku, dan akulah Tuhanmu.”
Sebenarnya ia bermaksud memuji Allah dengan ucapan,
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ
“Ya Allah.. Engkaulah Tuhanku, dan akulah hamba-Mu.”
Hanya saja karena kebahagiaan yang begitu membuncah membuatnya salah mengucap kalimat, sehingga tertukar posisi kata Tuhan dan hamba. Kesalahan seperti ini sangat mungkin terjadi pada seseorang yang merasakan kegembiraan begitu besar. Maka ucapannya itu tidak dihukumi dosa, karena ia tidak bermaksud demikian.
Bahagianya Allah Melihat Hamba yang Bertaubat
Kegembiraan yang digambarkan oleh Rasulullah dalam hadis di atas merupakan salah satu puncak kebahagiaan tertinggi yang dirasakan seseorang. Dan ternyata kegembiraan Allah terhadap hamba-Nya yang bertaubat jauh lebih besar daripada itu. Yang demikian itu bukan karena Allah butuh dengan amal dan taubat kita, karena Allah yang Maha Kaya tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah. dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Semua itu semata-mata karena keluasan rahmat Allah terhadap hamba-Nya dan Allah lebih menyukai memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang benar-benar tulus ingin bertaubat.