Puasa adalah ibadah yang istimewa. Berbeda dengan ibadah lain yang besar perhitungan pahalanya ditampakkan, ibadah puasa pahalanya langsung dari Allah subhanahu wa ta’ala sendiri yang menentukannya tanpa batas. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
“…Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan sisi istimewa dari ibadah puasa yang pahalanya langsung ditentukan oleh-Nya. Artinya bahwa banyak sedikitnya pahala dari ibadah puasa seseorang tergantung pada kualitas puasanya. Semakin berkualitas puasanya, semakin maksimal pahala yang didapat.
Puasa yang berkualitas bukan hanya sekedar menahan diri dari syahwat makan minum dan hubungan biologis, tetapi juga diikuti dengan seluruh anggota badan menahan diri dari hal-hal yang dilarang, baik dalam ucap maupun sikap.
Lisan berpuasa dari kata-kata kotor, dusta, ghibah dan berbagai bentuk perkataan buruk lainnya. Anggota badan berpuasa dari perilaku dzalim dan tindakan merugikan orang lain. Hati berpuasa dari sifat iri, dengki, buruk sangka dan penyakit hati lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak mau meninggalkan perkataan dusta dan justru mengerjakannya, maka Allah tidak butuh rasa lapar dan haus yang ditahannya (puasa).” – (HR. Bukhari)
Kalimat “Allah tidak butuh” pada hadis tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada alasan bagi Allah untuk memberikan pahala kepada orang yang berpuasa tetapi di saat yang bersamaan ia masih gemar melanggar larangan-Nya secara sengaja. Jika sekedar perkataan dusta saja bisa menjadikan puasa sia-sia, apalagi yang lebih dari itu.
Oleh karena itu, mari jaga kualitas ibadah puasa kita dengan bersungguh-sungguh menjalankannya semata-mata ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Jangan sampai lapar dan dahaga berakhir sia-sia tanpa pahala karena dosa-dosa yang terus kita lakukan.