Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu hadisnya tentang kebinasaan yang ditimpakan kepada sekelompok pasukan besar yang bermaksud menyerang Ka’bah.
Dari Nafi’ bin Jubair bin Muth’im berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ
“Akan ada sepasukan tentara yang akan menyerang Ka’bah. Ketika mereka sampai di tanah lapang yang luas, mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir”. ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, sedangkan di dalamnya ada orang-orang yang hendak berdagang dan ada yang bukan dari golongan mereka (yang tidak memiliki maksud sama)?” Beliau menjawab: “Mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir kemudian kelak mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing”. (HR. Bukhari no. 2118)
Ka’bah adalah baitullah, rumah Allah yang senantiasa berada dalam perlindungan Allah dan diselamatkan oleh Allah dari segala bentuk kejahatan. Ketika menjelaskan hadis ini, Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa kelompok yang dimaksud ialah Abrahah beserta bala pasukannya yang ingin menyerang Ka’bah dari arah Yaman. Mereka ingin menghancurkan Ka’bah dengan membawa gajah yang sangat besar. Tatkala posisi mereka sudah mendekati Ka’bah dan tiba di suatu tempat yang disebut dengan al-Mughammas, gajah tersebut tiba-tiba bergeming tidak mau melanjutkan perjalanan. Mulailah mereka menghardik gajah tersebut supaya mau maju menuju Ka’bah, namun gajah tersebut tetap menolaknya. Tetapi ketika mereka memalingkannya ke arah Yaman, gajah tersebut segera berlari cepat. (Syarh Riyadh al-Shalihin hal.28)
Apa yang terjadi pada gajah tersebut semata-mata karena kehendak Allah yang menahannya dari melanjutkan perjalanan menuju Ka’bah. Sama halnya yang terjadi dengan Qaswa’ (nama unta Rasulullah) pada saat perang Hudaibiyah. Qaswa’ yang ketika itu tiba-tiba berhenti dan tidak mau berjalan membuat para sahabat bertanya-tanya. Unta itu tetap menderum meski para sahabat memintanya bangkit. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
مَا خَلَأَتْ الْقَصْوَاءُ وَمَا ذَاكَ لَهَا بِخُلُقٍ وَلَكِنْ حَبَسَهَا حَابِسُ الْفِيلِ
“al-Qashwa’ tidaklah mogok, karena itu bukanlah tabi’atnya, tapi dia ditahan oleh Yang Menahan pasukan gajah”. (HR. Bukhari no. 2731)
Penolakan gajah untuk melanjutkan perjalanan menuju Ka’bah membuat Abrahah dan pasukannya tetap tertahan di al-Mughammas. Lalu Allah mengutus kerumunan burung yang sangat banyak, masing-masing burung itu membawa serta sebuah batu di kakinya kemudian dilemparkan ke tiap-tiap orang yang bersama pasukan Abrahah, mengenai kepala mereka hingga tembus duburnya. Allah subhanahu wa ta’ala menggambarkan adzab yang mereka terima ini dalam surat al-Fil,
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
Lalu Allah menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS. Al-Fil [105]: 5)
Adzab yang Allah turunkan ini tidak hanya menimpa orang-orang yang memiliki maksud jahat untuk menghancurkan Ka’bah, akan tetapi juga kepada semua orang yang berada di satu tempat bersama Abrahah dan pasukannya . Karena itu Rasulullah mengatakan, “ketika mereka sampai di tanah lapang yang luas, mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir”.
Boleh jadi di antara mereka ada para pedagang yang tujuannya hanya ingin menjual barang dagangan, orang-orang yang kebetulan melintas di jalan itu, orang-orang yang mengikuti pasukan tersebut tanpa mengetahui rencana mereka, dan orang-orang lain yang tidak termasuk golongan mereka. Inilah yang kemudian mendorong Aisyah radliallahu ‘anha menyampaikan pertanyaan kepada Rasulullah,
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, sedangkan di dalamnya ada orang-orang yang hendak berdagang dan ada yang bukan dari golongan mereka?”
Rasulullah lantas menjawab, “Mereka dibinasakan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir kemudian kelak mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing”.
Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya masing-masing. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya semua perbuatan tergantung pada niatnya. Dan balasan bagi tiap-tiap orang itu tergantung apa yang diniatkan” (HR. Bukhari no. 1)
Dari hadis di atas, dapat diambil pelajaran bahwa adzab Allah tidak hanya menimpa para pelaku kemaksiatan, tapi juga menimpa orang-orang yang berada di sekelilingnya, baik orang tersebut tergolong orang yang shalih maupun orang yang jahat.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal [8]: 25)
Oleh karena itu, seseorang perlu menjaga dirinya untuk tidak ikut serta dalam komunitas orang-orang yang berbuat kebatilan, tidak mendekat kepada tempat-tempat kemaksiatan, dan menjauhi segala bentuk aktifitas yang berbau dosa. Selain itu, setiap orang hendaknya peka terhadap kemaksiatan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dengan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebab, ketika adzab Allah turun akibat dosa yang terjadi di suatu wilayah, maka akan menimpa secara merata kepada manusia yang ada di sekelilingnya.
Izin share terimakasih
dipersilahkan. semoga bermanfaat